Memupuk Kapitalisme Dengan Jejaring Sosial

kapitalisme

Kapitalisme yang menurut sebagian orang adalah pemikiran yang salah secara tidak sadar para pemakai jejaring sosial seperti facebook, instagram, twitter, snapchat dan sebagainya, menyuburkan-nya dengan fitur – fitur seperti likes, follow dan semacamnya.

Fitur like salah satu seni meng-apresiasikan sesuatu akan tetapi fungsi ini juga di manfaatkan sebagai alat ukur atau bisa juga di balang barometer dalam memupuk kapitalisme.

Kasihan juga orang-orang yang pekerjaannya mengharuskan mereka meningkatkan angka popularitas sebuah perusahaan, partai politik atau kandidat politik.

Mereka tidak punya pilihan selain menggunakan taktik yang dirancang untuk meningkatkan keterlibatan orang. Kita yang tidak berada dalam posisi itu bisa mengabaikan atau bahkan mencemooh upaya-upaya untuk meningkatkan jumlah keterlibatan di media sosial. Tapi bagi beberapa orang ini adalah salah satu tugas utama mereka.

Pada kasus lainnya, tombol like dapat dimanfaatkan untuk membuat suatu kelompok, seorang politikus, atau sebuah kebijakan, menjadi populer atau dikecam habis-habisan dengan penggunaan bot dan teknik astroturfing, yaitu membuat ilusi seakan-akan ada dukungan populer dari akar rumput. Contohnya, lembaga riset Internet yang berbasis di Rusia telah terlibat dalam mempengaruhi opini publik dan mengubah hasil pemilihan presiden AS 2016.

Pada kenyataan nya kita juga dapat membeli layanan click-farms yang secara artifisial meningkatkan jumlah likes untuk konten. Jumlah likes yang banyak berpotensi meningkatkan peluang konten muncul paling atas di newsfeeds dan muncul di saluran media lain.

Baca Juga :  Singularitas Teknologi AI Mengancam Pekerjaan

Jumlah likes yang banyak juga berpeluang meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengubah “kekayaan sosial online” menjadi kekayaan materi.

Bagi para generasi muda yang tumbuh dengan web media sosial 2.0, perilaku mengejar status dan pengakuan sosial berdasarkan angka perlu diwaspadai. Model ini menetapkan kondisi untuk menentukan siapa pemenang dan pecundang dengan mudah.

Isyarat yang lebih akut dari runtuhnya harga diri adalah tekanan untuk menampilkan keseksian seseorang dan perilaku berisiko lainnya demi mendapatkan perhatian banyak orang.

Perlombaan untuk “sharing” juga menyoroti perbedaan kelas yang semakin besar karena mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk pergi berlibur atau membeli dan menampilkan produk mewah dibuat merasa lebih rendah.

Apakah mereka menganggap postingan informatif mereka tentang refleksi puitis atas pagi yang indah akan lebih rendah nilainya jika tidak mendapat sejumlah likes? Dapatkah kita mengubah likes ke dalam bentuk mata uang? Sebelum berkomentar, “Itu tidak masuk akal!”, ada beberapa situs yang benar-benar memberikan nilai US$ 1 terhadap sebuah like atau memberi tahu berapa harga sebuah akun.

Manusia selalu bisa menemukan beberapa cara untuk menilai dan menghakimi satu sama lain, baik itu melalui kekayaan, pendidikan, kekuasaan atau kemampuan.

Namun, transformasi media sosial menjadi menjadi semacam pasar ekonomi itu perlu diwaspadai. Perubahan ini menjauhkan platform media sosial dari tujuan awalnya, yaitu sebuah ruang yang sungguh-sungguh terbuka, global dan sosial.

 

Total
0
Shares
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Previous Post

Singularitas Teknologi AI Mengancam Pekerjaan

Next Post
aplikasi kencan

Profil Humoris Banyak Disukai Pada Data Aplikasi Kencan

Related Posts
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
<--dewa-->