Melacak Perilaku Menggiring Opini Via Narasi Media Sosial

melacak perilaku

Melacak perilaku atau behaviour tracking menjadi salah satu kunci dalam mendapatkan sebuah kesimpulan untuk masalah dan tujuan tertentu, bagaimana impresi para netizen terhadap suatu konten adalah hal besar yang menjadi suatu produk yang akan di tawarkan.

Lembaga survei telah lama menggunakan teknik segmentasi untuk menyasar kelompok pemilih tertentu, misalnya dengan memilah peserta berdasarkan jenis kelamin, usia, penghasilan, tingkat pendidikan, dan besar/kecilnya segmentasi kelompok.

Segmentasi juga dilakukan dengan melihat afiliasi politik atau preferensi dalam strategi penggunaan konten untuk penggiringan opini. Mesin analisis data yang digunakan calon presiden Hillary Clinton pada kampanye tahun 2016 menjadi salah satu contoh nyatanya.

Masih banyak yang belum sadar dengan kasus Cambridge Analytica dikontrak oleh tim kampanye Trump dan memberi senjata yang benar-benar baru untuk mesin pemilihan. Selain menggunakan segmen demografis untuk mengidentifikasi pemilih seperti pada kampanye Clinton, Cambridge Analytica juga melakukan segmentasi berdasarkan psikografis.

Demografis sifatnya informatif berdasarkan kelas, edukasi, pekerjaan, usia, dan sebagainya. Sedangkan psikografis sifatnya perilaku—sarana untuk melakukan segmentasi berdasarkan kepribadian.

Baca Juga :  Undang-Undang Privasi Data Seberapa Pentingkah

Dengan cara tradisional, ada dua jalan untuk memastikan kepribadian seseorang dalam tujuanya menanamkan sebuah informasi dengan tujuan.

Pertama dengan cara mengenal mereka dengan sangat baik—biasanya dalam waktu yang lama. Atau Anda bisa membuat mereka mengkuti tes kepribadian dan meminta mereka menunjukkan hasilnya pada Anda. Tidak satu pun dari metode ini realistis untuk dilakukan pada para pemilih kecuali dengan konten dan impresi.

Lebih dalam lagi misalnya Anda bisa mengidentifikasi segmen pemilih yang sangat teliti dan sedikit neurotik, dan segmen lain sangat ekstrovert tapi tidak begitu terbuka. Pastinya, orang di tiap segmen akan merespon iklan politik yang sama dengan cara berbeda.

Namun di produk media sosial seperti Facebook, mereka sama sekali tidak perlu melihat iklan yang sama—tiap orang akan melihat iklan yang dibuat secara individual, guna mendapatkan respons yang diinginkan. Respons tersebut tergantung tujuan pengiklan, apakah itu memilih seorang calon, tidak memilih calon yang lain, atau untuk menyumbang dana.

 

Total
0
Shares
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Previous Post
era internet

Disrupsi Demokrasi Di Era Internet Dalam Pilpres 2019

Next Post
privasi data

Sudah Saatnya Khawatir Dengan Masalah Privasi Data

Related Posts
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
<--dewa-->