Economic Value Added (EVA) adalah salah satu metrik yang sering digunakan untuk mengukur nilai ekonomi suatu perusahaan. EVA terdiri dari tiga ukuran utama yang membantu dalam mengevaluasi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
- Ukuran pertama dalam EVA adalah cash flow return on investment (CFROI). CFROI membandingkan cash flow yang telah disesuaikan dengan inflasi dengan pendapatan kotor yang juga disesuaikan dengan inflasi. Dengan memperhitungkan inflasi, ukuran ini memberikan gambaran yang lebih akurat tentang keuntungan aktual yang dihasilkan oleh investasi perusahaan. Semakin tinggi nilai CFROI, semakin efisien perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dari investasi yang dilakukan.
- Kedua, market value added (MVA) merupakan perbedaan antara kapitalisasi pasar perusahaan dan total investasi kapital. MVA mengindikasikan apakah perusahaan telah mampu menciptakan kekayaan tambahan bagi para pemegang saham melalui peningkatan nilai pasar sahamnya. Jika MVA bernilai positif, itu menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan nilai tambahan dan memberikan pengembalian yang lebih tinggi dari investasi awal.
- Ketiga, investment added value (IAV) mengukur perbedaan antara nilai pasar output yang dihasilkan oleh perusahaan dan biaya inputnya. IAV memberikan gambaran tentang efisiensi perusahaan dalam mengelola sumber daya dan input bisnisnya. Jika IAV bernilai positif, itu menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai tambahan melalui kegiatan operasionalnya.
Dengan menggabungkan ketiga ukuran ini, EVA memberikan pandangan komprehensif tentang nilai ekonomi yang dihasilkan oleh perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan yang mampu menghasilkan CFROI tinggi, MVA positif, dan IAV yang baik menunjukkan kinerja yang kuat dan potensi untuk menciptakan nilai tambahan bagi para pemangku kepentingan perusahaan. Oleh karena itu, EVA menjadi alat yang berguna dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan dan membuat keputusan investasi yang lebih baik.
Kelebihan EVA antara lain:
- EVA memberikan fokus utama pada penciptaan nilai ekonomi perusahaan. Dengan memperhitungkan biaya modal dan membandingkannya dengan laba bersih yang dihasilkan, EVA memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kinerja keuangan dan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang melebihi biaya modalnya.
- EVA memperhitungkan inflasi dalam perhitungan cash flow return on investment (CFROI) dan gross revenue. Ini membantu menghilangkan distorsi akibat perubahan nilai uang dari waktu ke waktu, sehingga memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kinerja perusahaan secara riil.
- EVA membantu mengarahkan perusahaan untuk berfokus pada penciptaan nilai jangka panjang. Dengan memperhitungkan biaya modal, EVA mendorong perusahaan untuk mengambil keputusan investasi yang lebih bijaksana dan mempertimbangkan risiko dan pengembalian jangka panjang.
- EVA memberikan ukuran yang lebih mudah dipahami dan relevan bagi pemangku kepentingan perusahaan, hal ini membantu meningkatkan transparansi dan komunikasi tentang nilai yang dihasilkan oleh perusahaan.
Kekurangan EVA antara lain:
- Penggunaan biaya modal yang subjektif: Perhitungan EVA melibatkan penggunaan biaya modal, yang sering kali merupakan asumsi yang kompleks dan subjektif. Estimasi biaya modal yang tidak akurat dapat menghasilkan perhitungan EVA yang bias atau tidak mencerminkan kondisi sebenarnya.
- Sulit dalam perbandingan antar industri: Karena setiap industri memiliki karakteristik yang berbeda.
- Keterbatasan dalam mengukur nilai tambahan yang tidak terukur: EVA mengukur nilai tambahan yang dapat diukur dalam hal keuangan, seperti laba bersih dan biaya modal. Namun, nilai tambahan yang tidak terukur seperti inovasi, reputasi merek, atau keberlanjutan lingkungan tidak tercermin dalam perhitungan EVA.
- Pemusatan pada laba jangka pendek: EVA cenderung memberikan penekanan pada laba jangka pendek karena mengutamakan cash flow saat ini. Ini dapat mengabaikan investasi jangka panjang yang mungkin diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan perusahaan di masa depan.