Disrupsi Demokrasi Di Era Internet Dalam Pilpres 2019

era internet

Era Internet diinginkan mampu membuat demokrasi menjadi lebih baik dan mememecah hegemoni penyebaran berita yang monopolistik, serta membawa kita semua memasuki sebuah komunitas global yang bermanfaat.

Selama delapan bulan terakhir dengan drama politk pemilihan presiden, yang mengakibatkan demokrasi menjadi semakin sekarat dengan pengiringan opini dan fanatisme.

Apa ajah yang menjadi tantangan yang bisa membuat ideologi demokrasi menjadi baik dan benar di tengah – tengah masyarakat yang semakin terpolarisasi :

Di Era Internet Semua Orang Adalah Jurnalis

Ketika semua orang mengirimkan broadcast dari ponsel, yang seringnya kita bagikan berita – berita yang belum terverifikasi benar.

Efek disrupsi digitalnya yang menjadi lanskap media lebih terkonsentrasi dan jumlah jurnalis profesional merosot ketika organisasi-organisasi media berjuang hanya untuk meningkatkan pendapatan.

Namun internet menciptakan beberapa akun “influencers” media sosial yang cerdik, mengubah diri menjadi “merek dagang” yang mereka manfaatkan untuk merekomendasikan—atau menjual—apa saja mulai dari barang sampai jasa. Sementara itu, segelintir suara benar-benar baru yang menciptakan sebuah ekosistem ber-demokrasi yang baik dan adil.

Internet membuat orang terkotak – kotak

Pengelompakan dalam istilah internet adalah ide ahli media Amerika Marshal McLuhan yang—pada 1964—sudah memaparkan ide bahwa dalam era elektronik, semua orang mempunyai akses pada informasi yang sama melalui teknologi. Tampaknya ini akan menjadi sebuah kebaikan juga kefanatikan.

Tapi bukti-bukti menunjukkan bahwa kecenderungan sentralisasi monopoli media global semakin tumbuh. Segelintir perusahaan termasuk Facebook dan Google kini menjadi penjaga gerbang informasi di seluruh dunia—dan hampir semuanya perusahaan Amerika.

Sementara itu, di negara-negara dengan perekonomian sedang berkembang dan otoriter, menjadi harapan yang diinginkan terhadap demokratisasi gerakan-gerakan sosial dipupuskan oleh meningkatnya gempuran propaganda pemerintah di ranah online.

Ketika banyak orang yang merasa benar daripada kejujuran

Apa yang di kemukakan sebuah buku dengan judul seperti The Wisdom of Crowds menyatakan bahwa internet akan melahirkan sebuah bentuk demokrasi langsung murni karena, kalau Anda mengajukan pertanyaan kepada cukup banyak orang, jawabannya akan selalu benar.

Baca Juga :  Inikah Kerugian Pada Belanja Online Untuk Penjual Dan Pembeli

Namun optimisme lahir secara naif ini bukanlah faktor dalam tak terhitungnya cara saat orang  bisa dimanipulasi. Di negara-negara tanpa sumber berita arus utama yang bisa diandalkan dan terpercaya, orang mencari uang dengan mengarang berita dimaksudkan untuk menimbulkan ketakutan dan prasangka.

Contohnya di USA, tempat berita sudah menjadi sangat terpolarisasi dan berita arus utama sudah kehilangan kepercayaan banyak pemilih, para peneliti sedang mempelajari negara bagian swing state (yang berpotensi dimenangkan Demokrat maupun Republik) Michigan, mendapati berita-berita bohong sama besar peluangnya disebar seperti berita dari sumber-sumber profesional dalam periode pemilihan presiden 2016.

Generasi digital menciptakan sebuah narasi baru

Seperti yang dijelakan oleh penulis Norwegia saya Eiri Elvestad dalam sebuah buku baru, Misunderstanding News Audiences, Seven Myths of the Social Media Era, menceritakan teknologi sedang mengubah demokrasi kita—kita memang bukan tidak berdaya di hadapan teknologi, tapi kita juga tidak dibebaskan oleh teknologi.

Seperti halnya pergeseran-pergeseran teknis besar sebelumnya, kita sedang berada dalam proses mengadaptasikan teknologi dengan kebutuhan-kebutuhan kita dan bahwa prosesnya bervariasi menurut siapa kita dan di mana kita hidup.

generasi digital baru yang tidak percaya berita arus utama dan sibuk menciptakan masa depan “aktualisasi diri” yang lebih demokratis, dan tidak begitu mensyaratkan “kepatuhan”. Melegakan sekali mengetahui bahwa anak-anak muda mempunyai jawaban dan akan membawa dunia lebih baru serta lebih menyenangkan yang gagal diciptakan orang-orang tua pendahulu mereka.

api tak seorang pun dari kita yang lahir digital. Secara alamiah, anak-anak muda tidak lebih cakap dalam menjelajahi dunia online daripada dalam mengemudikan mobil tanpa belajar. Eksplorasi saja tidak akan bisa mengajari anak muda bagaimana memilah misinformasi dan propaganda dari fakta.

Total
0
Shares
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Previous Post
aplikasi kencan

Profil Humoris Banyak Disukai Pada Data Aplikasi Kencan

Next Post
melacak perilaku

Melacak Perilaku Menggiring Opini Via Narasi Media Sosial

Related Posts
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
<--dewa-->