Benarkah Teknologi Fintech Untuk Usaha Mikro Hanya Fiksi

teknologi fintech

Teknologi fintech yang sedang banyak di kembangkan oleh banyak Startup lokal dan para pemain bank – bank besar seakan menggunakan momentum fintech menjadi salah satu solusi yang bermanfaat.

Dikutip dari situs bi.go.id, pada tahun 2012 jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak 56.539.560 unit yang terdiri dari 99,99% UMKM dan 0,01% usaha besar. Data tersebut membuktikan, UMKM merupakan pasar yang sangat potensial bagi industri jasa keuangan, terutama bank untuk menyalurkan pembiayaan.

Karena sekitar 60% – 70% pelaku UMKM belum bisa akses pembiayaan perbankan. Terbatasnya akses ke layanan keuangan menyebabkan mereka kehilangan kesempatan untuk mendapatkan bantuan keuangan dan layanan terkait, yang bisa membantu bisnis mereka tumbuh dan menguatkan ketahanan ekonomi mereka di masa-masa rentan.

Produk seperti BTPN Wow! dengan tabungan mobile-nya, Amartha dengan pinjaman berbasis peer-to-peer dan Go-Pay dengan pembayaran digitalnya, masih belum bisa teradopsi secara banyak tentang manfaat yang dapat di berikan oleh contoh layanan fintech ini.

Apa saja yang menjadi kendala sehingga teknologi fintech ini semakin susah untuk di adopsi dengan para pelaku usaha UMKM ini :

Teknologi Fintech Masih Belum Bisa Menggantikan Uang Tunai

Pengusaha mikro masih sangat nyaman dengan penggunaan uang tunai dalam usaha dan kesehariannya. Dengan menggunakan uang tunai, mereka mudah bertransaksi dengan pelanggan dan pemasok.

Mereka juga masih nyaman untuk menyimpan uang mereka di rumah. Bagi mereka, menabung dan menarik uang di bank adalah suatu hal yang cukup merepotkan apalagi dengan ketersedian jaringan sinyal yang tidak memadai.

Baca Juga :  Penerapan Blockchain di Berbagai Bidang
Pola Pikir Masyarakat Menggunakan Layanan Bank atau Produk Keuangan Masih Kurang

Pengusaha melihat menabung di bank umumnya hanya untuk perencanaan keuangan jangka panjang. Pelaku usaha mikro tidak merasa membutuhkannya karena siklus keuangan mereka yang pendek.

Ada anggapan dari masyarakat banyak bahwa menabung di bank harus dalam jumlah yang besar, seperti dalam pengurusan biaya administrasi, dan setelah ditabung, seharusnya tidak diambil lagi.

Kurangnya Pembelajaran Digital

Tingkat kepemilikan ponsel yang tinggi di kalangan pelaku usaha mikro tidak serta merta membuat mereka merasa nyaman dalam mengadopsi jenis-jenis layanan teknologi keuangan.

Mayoritas responden merasa kewalahan menggunakan fitur-fitur pada layanan tekfin yang digunakan melalui ponsel. Pada umumnya, mereka menggunakan ponsel hanya untuk mengirimkan pesan singkat dan telepon.

Pada akhirnya, aktivitas terkait layanan keuangan merupakan kegiatan sosial bagi pelaku usaha mikro. Pendekatan kepada segmen ini berbeda dari pendekatan kepada individual dari kelas menengah ke atas.

Jika segmen menengah ke atas bersedia mempelajari fitur layanan baru yang dapat bermanfaat bagi mereka, pengusaha mikro cenderung hanya menggunakan fitur dasar yang paling relevan dengan kebutuhan keseharian mereka dan menghindari penggunaan fitur yang terlalu canggih.

Masih jauh angan – angan jika kamu berharap bibi penjual gado – gado langganan kamu bisa menerima pembayaran melalui QR Code atau warung padang idola kamu menerima pembayaran via Bitcoin.

Total
0
Shares
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Previous Post
instagram cia

Mencoba Meraih Simpati CIA Buat Akun Instagram

Next Post
nasehat finansial

Nasehat Finansial Yang Ada Dalam Video Games

Related Posts
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
<--dewa-->