Teknologi AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan adalah sebuah disiplin ilmiah yang berakar pada ilmu komputer, matematika, psikologi, dan ilmu saraf, bertujuan menciptakan mesin yang meniru fungsi kognitif manusia seperti pembelajaran dan pemecahan masalah.
Saat ini, kemampuan AI mencakup pengenalan suara, performa unggul di permainan strategi seperti catur dan Go, mobil berjalan sendiri (self-driving cars), dan kemampuan menguak pola tersembunyi yang tertanam dalam data kompleks.
Tapi AI sedang berkembang cepat. Pesta dan euforia AI terbaru dipicu pada 2009 oleh pembelajaran jaringan saraf mendalam learning of deep neural networks yang jauh lebih cepat. Istilah deep learning mengacu pada melatih jaringan saraf buatan untuk mengidentifikasi pola dari sekumpulan data.
Salah satu contoh lagi masalah seperti: kami menunjukkan sekumpulan gambar jaringan tubuh, masing-masing diberi catatan diagnosis kanker atau tanpa kanker, pada jaringan neuron buatan untuk menghitung probabilitas kanker.
Respon jaringan neuron buatan itu kemudian kami bandingkan dengan jawaban yang benar, menyesuaikan hubungan antara “neuron” dengan setiap kecocokan yang gagal. Kami kemudian mengulangi prosesnya, menyempurnakan semuanya, sampai sebagian besar tanggapan sesuai dengan jawaban yang benar.
Tujuan akhirnya, jaringan saraf buatan ini akan siap melakukan apa yang biasanya dilakukan oleh ahli patologi: memeriksa gambar jaringan untuk memprediksi kemungkinan kanker.
Kecerdasan buatan terdiri dari kumpulan besar unit komputasi yang disebut neuron buatan yang saling terhubung. Mereka bisa secara bebas dianalogikan seperti kumpulan saraf di otak kita. Untuk melatih jaringan ini “berpikir”, para ilmuwan memberikan banyak masalah, yang sudah ada jawabannya, untuk dipecahkan.
Contoh sederhana lainya mirip dengan cara seorang anak belajar memainkan alat musik: dia mempraktikkan dan mengulang lagu sampai sempurna. Pengetahuannya disimpan dalam jaringan saraf, tapi mekanisme bagaimana seorang anak belajar memainkan musik tak mudah dijelaskan.
Ketika kita mencapai yang disebut singularitas teknologi AI, pikiran dan tubuh kita akan menjadi usang. Manusia bisa bergabung dengan mesin dan terus berkembang sebagai cyborg.
Jaringan saraf mendalam, tak bisa dipungkiri, pasti mengotomatisasi banyak pekerjaan. AI akan mengambil pekerjaan kita, membahayakan keberadaan pekerja manual, ahli diagnosa medis, dan mungkin, pada suatu hari yang akan saya ratapi, juga para profesor ilmu komputer.
Robot sudah menaklukkan Wall Street. Penelitian menunjukkan bahwa “agen kecerdasan buatan” dapat menyebabkan sekitar 230 ribu pekerjaan di sektor keuangan hilang pada 2025.
Tapi umat manusia, tak perlu takut tapi harus khawatir. Akan ramalan soal singularitas AI masih jauh dari kenyataan, kita tidak dalam bahaya yang mengacam pekerjaan anda.
Full-Stack Developer | Data Scientist